ABSTRAK
KKN (Kuliah Kerja Nyata) Nusantara 3T
dilaksanakan dengan tujuan mengembangkan penelitian yang dimandatkan oleh
Kementrian Agama Republik Indonesia dengan tema Peace Building Mewujudkan Moderasi Beragama Dalam Membangun
Indonesia di daerah 3T (Tertinggal, Terluar, dan Terbelakang). Sebagai agen
perubahan (agent of change) dan agen
pengawasan (agent of control),
mahasiswa ikut serta melaksanakan tugas pengabdian. Pengabdian ini dilakukan di
Desa Pitay Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang, Provinsi NTT. Penelitian ini
menggunakan metode Asset Based
Community-driven Development (ABCD) dikaitkan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Utomo, Eny, dan Suratna (2009) tentang pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan
perempuan berbasis Social-Preneur (Kelompok
Usaha Jus Serai Pitay) adalah program yang menjadi target dari kelompok yang
ditempatkan di Desa Pitay. Adapun Kelompok Usaha Jus Serai Pitay bertujuan
menghimpun dan memberdayakan ibu rumah tangga yang ada di Desa Pitay dengan
memanfaatkan aset yang mudah ditemui, yakni tanaman serai. Produk utama yang
dihasilkan kelompok ini adalah Jus Serai Pitay (JSP). Dengan adanya program
kerja pemberdayaan perempuan berbasis Social-Preneur
(Kelompok Usaha Jus Serai Pitay) diharapkan mampu memberikan kontribusi
sebuah perubahan di Desa Pitay dari bidang perekonomian, sehingga bisa membantu
untuk membangun Indonesia.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program pendayagunaan potensi mahasiswa di tengah-tengah masyarakat yang
dikenal dengan nama KKN (Kuliah Kerja Nyata) dan dilaksanakan oleh perguruan
tinggi sejak tahun 1950 dengan kegiatan yang disebut dengan Pengerahan Tenaga
Mahasiswa. KKN Nusantara 3T dilaksanakan dengan tujuan mengembangkan penelitian
yang dimandatkan oleh Kementrian Agama Republik Indonesia dengan tema “Peace Building Mewujudkan Moderasi Beragama
Dalam Membangun Indonesia di daerah 3T (Tertinggal, Terluar, dan Terbelakang).
Sebagai wujud Tri Dharma Perguruan Tinggi, dalam pengabdian masyarakat
memiliki beberapa metode pengabdian, metode yang digunakan dalam pelaksanaan KKN
Nusantara 3T ini adalah Asset Based
Community-driven Development (ABCD). Metode ABCD ini memiliki fokus dalam
program pemberdayaan masyarakat dengan pengembangan aset yang mereka miliki dan
masyarakat sebagai pelaku utama yang akan mengarahkan kepada perubahan.
Pelaksanaan KKN Nusantara 3T di Desa Pitay berwujud pemberdayaan masyarakat
dengan fokus pemberdayaan perempuan, perlu diketahui bahwa latar belakang
pelaksanaan program pemberdayaan perempuan ini adalah dikarenakan kaum
perempuan di Desa Pitay lebih banyak memiiki waktu luang ketimbang kaum bapak
sesuai data yang kami peroleh pada saat pemetaan aset dan inkulturasi pada
minggu pertama, sehingga hal inilah yang melatar belakangi fokus program ini
pada pemberdayaan perempuan.
Pemberdayaan perempuan merupakan upaya untuk mewujudkan kesetaraan peran,
akses dan kontrol perempuan dan laki-laki di semua bidang pembangunan.
Program-program pemberdayaan perempuan yang dilakukan oleh pemerintah dan
masyarakat selama ini merupakan upaya untuk senantiasa mewujudkan terciptanya
dan terdistribusinya manfaat pembangunan bagi laki-laki dan perempuan secara
berimbang. (Agung Utama dkk, 2014)[1]
Pemberdayaan perempuan idealnya pendapat dari muttalib (1993) mencakup tiga
hal: (1) capacity building yaitu
membangun kemampuan pada diri perempuan, (2) cultural change yaitu perubahan budaya yang memihak kepada
perempuan dan (3) structural adjustment
yaitu penyesuaian struktural yang memihak perempuan. Upaya pemberdayaan
diarahkan pada tercapainya kesejahteraan masyarakat.[2]
Setelah melakukan pemetaan aset di Desa Pitay antara lain dari aset
pertanian dan perkebunaan yang dimiliki Desa Pitay iyalah banyak tumbuh tanaman
serai, namun belum dimanfaatkan secara optimal olahan dan kandungan manfaatnya.
Selama ini serai hanya dijadikan sebagai bumbu masak, dengan melihat kondisi
ini maka diperlukan sebuah pengembangan dan inovasi dalam pemanfaatan aset
tanaman ini, yang kiranya dapat meningkatkan perekonomian masyarakat Desa
Pitay.
Sehingga fokus program kerja dalam pelaksanaan KKN di Desa Pitay adalah pemberdayaan
perempuan berbasis Social-Preneur dengan
pembentukan kelompok usaha untuk mengelolah Inovasi dari tanaman serai menjadi
sebuah produk (Jus Serai), Social-preneur
dalam artian kewirausahaan berbasis sosial, sumber daya manusia ini ditanamkan
untuk berjiwa enterpreneur yang mampu
menggerakkan masyarakat untuk meningkatan kemampuannya agar dapat berdaya
saing. Program ini menjadi peluang bagi kaum perempuan Desa Pitay untuk
menjadikan jus serai sebagai sumber pendapatan lain di samping dari hasil
pertanian dan lain sebagainya. Pemanfaatan serai secara optimal dapat
meningkatkan nilai ekonomi dan para perempuan pun dapat berdaya.
B. Tujuan dan Sasaran Kegiatan
Dengan demikian tujuan dan sasaran program kerja ini yaitu pemberdayaan
masyarakat yang lebih fokus pada pemberdayaan perempuan melalui Social-Preneurship dengan pemanfaatan aset
dan potensi yang dimiliki desa berupa SDM (kaum perempuan) dan SDA berupa
tanaman (serai), peningkatan keterampilan dan
pendapatan masyarakat melalui pemberdayaan perempuan dengan pelatihan
kewirausahaan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan keluarganya adalah
peluang bagi perempuan Desa Pitay untuk menjadikan jus serai sebagai sumber
pendapatan lain di samping dari hasil pertanian dan lain sebagainya.
Pemanfaatan serai secara optimal dapat meningkatkan nilai ekonomi dari tanaman
serai itu sendiri dan para perempuan pun dapat berdaya.
Dengan Adanya peran mahasiswa sebagai agent
of change dan agent of control, pemerintah
dapat mengetahui plus minusnya dalam masyarakat, apalagi di daerah 3T ini,
kepedulian pemerintah melalui tangan mahasiswa agar daerah yang seperti Pitay dapat
terus maju dan berkembang.
C. Hasil yang Diharapkan
Hasil yang diharapkan adalah mengeluarkan SK sebagai dasar hukum yang legal
bagi kelompok Jus Serai Pitay agar terus
berkelanjutan, sesuai dengan harapan dari metode yang digunakan (ABCD) yaitu
pemberdayaan masyarakat difokuskan pada pengembangan aset yang dimiliki
masyarakat dan terus berkelanjutan, sebagai basis utama pengembangan
masyarakat, dan tentunya menjadi harapan kami Mahasiswa KKN Nusantara 3T,
pemasaran dari produk Jus Serai Pitay bisa sampai keluar desa dan dikenal oleh
masyarakat luar, serta mindset dari masyarakat perlahan-lahan berubah dari awal
nya tidak begitu peduli dengan pemberdayaan masyarakat terlebih pada
pemberdayaan perempuan dengan inovasi-inovasi yang diberikan menjadi
partisipatif dan progresif dengan menimbulkan inovasi-inovasi baru.
D. Strategi Kegiatan
Adapun tahapan-tahapan kegiatan yang dilakukan
untuk mencapai tujuan pelaksanaan program ini adalah sesuai dengan
tahap-tahapan dari Metode Transformatif ABCD, yaitu:
1.
Tahap Inkulturasi
Inkulturasi menjadi tahap yang sangat penting
dalam kesuksesan pengembangan masyarakat, Inkulturasi menjadi sebuah keharusan
untuk mengurangi sikap penghindaran komunitas mitra atau masyarakat sehingga
terbangun trut building, keterampilan
berkomunikasi sangat penting dalam tahap ini sebagai contoh (mengikuti shalat
berjamaah, karang taruna, gotong royong, mengajar di sekolah, dan kegiatan
sosial lainnya)
Tujuan dari tahap ini adalah komunitas mitra
atau masyarakat memahami maksud dan tujuan kegiatan yang akan dilakukan
mahasiswa dan memiliki pemahaman bahwa masyaraat sendirilah yang akan bergerak
mengembangkan komunitasnya, serta membangun kepercayaan masyarakat kepada
mahasiswa.
2.
Tahap Discovery
Tahap discovery adalah proses pencarian
mendalam tentang hal-hal positif, capaian dan pengalaman keberhasilan di masa
lalu. Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan dapat berupa pemetaan aset. Berdasarkan
informasi dari tahapan ini, komunitas atau masyarakat perlu merumuskan mimpi
bersama yang diharapkan (perumusan visi) melalui hasil pemetaan aset. Dan
pelaksanaan tahap ini adalah bersamaan dengan tahap sebelumnya (Inkulturasi)
yaitu pada minggu pertama.
3.
Tahap Desain
Setelah mengetahui aset dan mengidentifikasi peluang
serta merumuskan visi, orang mulai merumuskan strategi, proses, dan sistem,
membuat keputusan dan mengembangkan kolaborasi untuk mewujudkan perubahan
sekaligus perumusan program kerja, pelaksanaan tahap ini dilakukan pada minggu
ke-dua, Hasil dari tahapan ini adalah terwujudnya rencana kerja yang didasarkan
pada apa yang bisa dilakukan bersama berdasarkan aset yang dimiliki.
Tujuan dari dahap Desain ini adalah:
a) Penyadaran akan tindakan yang mungkin
dilakukan,
b)
Penyadaran akan bagaimana bekerja sama dengan yang lain dan mengkordinir
masukan,
c)
Keputusan tentang apa yang akan dilakukan berdasarkan sumber daya yang
tersedia,
d)
Berkurangnya rasa ketergantungan pada pihak luar dalam membuat kemajuan,
e)
Lebih tinggi rasa kemitraan dalam kontribusi dari pihak luar termasuk lembaga
pemerintah
4.
Tahap Define
Tahap ini merupakan bagian acting on findings. Masyarakat akan
bergerak bersama dengan menggunakan aset mereka untuk mencapai visi melalui
program kerja yang telah mereka rumuskan, program kerja yang telah dibuat pada
tahapan sebelumnya (desain), dilaksanakan pada tahap ini (pelaksanaan program
kerja). Tahapan ini dilakukan pada minggu ke-tiga dan ke-empat.
5.
Tahap Refleksi
Pada tahap ini adalah pelaksanaan Monitoring dan evaluasion, data hasil Monitoring & Evaluation sangat diperlukan untuk
mengidentifikasi perkembangan dan kinerja outcome, tahap ini penting untuk
mengetahui sejauh mana program kerja yang dilaksanakan dengan metode ABCD
membawa dampak perubahan pada masyarakat. Tahapan ini dilakukan sejak program
kerja dilaksanakan.
BAB II
PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN PROGRAM
A. Profil Desa
1.
Potensi Geografis
a)
Tata Geografis
Pitay merupakan salah satu
kelurahan yang terletak di Kecamatan Sulamu Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa
Tenggara Timur. Luas wilayah Desa Pitay 64.000 Ha.
Utara :
Desa Kalali dan Poto, Kecamatan Fatuleu Barat
Selatan : Desa Teluk Kupan,
Kecamatan Sulamu
Timur : Desa Pantai
Beringin, Kecamatan Sulamu
Barat :
Kel. Sulamu & Desa Pantai Beringin, Kecamatan Sulamu
Aspek-aspek geografis yang dimiliki kelurahan
Pitay diantaranya:
Unsur fisik
a. Cuaca
Dalam kondisi normal Kelurahan Pitay memiliki suhu
rata-rata hari 36oC. Mengalami 3 bulan musm hujan di bulan Desember,
Januari, dan Februari. Tinggi tempat dari permukaan laut 500 mdpl.
b. Air
Potensi air dan sumber daya air di Kelurahan Pitay
sebagai berikut. Jenis sumber air meliputi air sungai dengan debit kecil dan
hampir kering, mata air dengan debit sedang, embung-embung dengan debit sedang,
dan jebakan air dengan debit kecil. Sumur gali di Kelurahan Pitay berjumlah 13
unit, bisa dimanfaatkan oleh 245 KK, dengan kondisi air yang baik. Sumur bor
berjumlah 2 unit. Kondisi 1 unit rusak, dan dimanfaatkan oleh 74 KK dengan
kondisi air baik. Embung berjumlah 8 unit, dengan kondisi 1 rusak.
Pemanfaatannya untuk 245 KK dengan kondisi air yang baik. Tendon penampung air
berjumlah 18 unit, dimanfaatkan 245 KK, dengan kondisi air baik.
c. Relief
Permukaan bumi tampak beragam, mulai dari perbukitan,
sabana, dan di sebelah selatan berbatasan dengan Teluk Kupang.
d. Tanah
Kondisi tanah di Kelurahan Pitay sebagian besar berwarna
merah, kuning, hitam, dan abu-abu. Tekstur tanah berjenis lampungan, pasiran,
dan debuan. Tingkat kemiringan tanah yang ada sebesar 60o. Terdapat
pula lahan terlantar seluas 240 Ha.
Adapun jenis erosi tanhanya, ada tanah erosi ringan
seluas 120 Ha, tanah erosi sedang seluas 80 Ha, tanah erosi berat 20 Ha, dan
tanah yang tidak ada erosi seluas 20.000 Ha.
Jenis tanah di Kelurahan Pitay ada 4, yaitu tanah kering,
tanah perkebunan, tanah fasilitas umum, dan tanah hutan. Adapun macam-macam
tanah kering yang ada adalah tegal / ladang seluas 500 Ha, pemukiman seluas
8000 Ha, dan pekarangan seluas 8000 Ha.
Adapun macam tanah perkebunannya ada tanah perkebunan
rakyat seluas 1400 Ha, dan tanah perkebunan perorangan seluas 245 Ha. Adapun
macam tanah fasilitas umum ada kebun desa 4 Ha, lapangan olahraga 1 Ha,
perkantoran pemerintah 1 Ha, bangunan sekolah 5 Ha, fasilitas pasar 1 Ha, dan
jalan 1500 m.
Adapun macam tanah hutan ada hutan lindung 22.000 Ha,
hutan produksi 34.000 Ha, hutan konservasi 500 Ha, hutan adat 20 Ha, hutan asli
20.000 Ha, hutan mangrove 10.000 Ha, hutan suaka 100 Ha, dan hutan rakyat 700
Ha.
e. Topografi
Kelurahaan Pitay terletak di dataran rendah seluas 10 Ha,
daerah berbukit-bukit seluas 20.000 Ha, dataran tinggi/ pegunungan seluas
20.000 Ha, lereng gunung seluas 10.000 Ha, dan berada di tepi pantai seluas
9.000 Ha.
b)
Tata Ruang
a. Kawasan di Pitay memiliki aset perumahan
dengan kondisi rumah berdinding tembok berjumlah 56 rumah, rumah berkayu dan
bebak dinding berjumlah 187 rumah, rumah berlantai keramik berjumlah 28 rumah,
rumah berlantai semen 183 rumah, dan rumah berlantai tanah berjumlah 32 rumah.
rumah beratap seng berjumlah 212 rumah, dan rumah beratap daun lontar/ gebang/
enau berjumlah 31 rumah.
b. Taman eden desa pitay seluas 1 Ha dengan
tingkat pemanfaatan aktif.
c. Sekolah Paud 2 unit.
d. SD Impres Pitay—SMPN 3 Sulamu satu atap.
e. Posyandu 4 unit.
f. Rumah bersalin/ polindes 1.
g. Gereja kristen protestan 2
h. Lapangan voli 2
i. Kantor desa dengan kondisi baik, dan aula
pertemuan desa dengan kondisi yang masih baru.
c)
Sumber Daya Alam
Banyak potensi Sumber Daya Alam yang dimiliki
oleh Desa Pitay diantarnya potensi pertanian, hasil hutan, perkebunan,
peternakan, perikanan, dan bahan galian.
a. Pertanian
Jenis lahan pertanian menghasilkan tanaman pangan, buah-buahan, dan
perkebunan.
b. Hasil Hutan
Hutan kelurahan Pitay memiliki luas hutan 20.000 Ha milik negara, milik
adat/ ulayat 20 Ha, dan milik masyarakat per orangan 245 Ha. Hasil hutannya
berupa kayu, madu lebah, bambu, jati, lontar, sarng burung, dan gula lontar.
Jenis hutan ada hutan bakau (mangrove), hutan produksi, dan hutan lindung.
c. Perkebunan
Hasil perkebunan berupa kelor (marungga), jagung, padi, dan
kacang-kacangan.
d. Peternakan
Peternakan yang dibudidayakan di Kelurahan Pitay ada sapi, babi, ayam
kampung, kuda, dan kambing. Pakan ternak diperoleh dari rumput gajah, produksi
hijauan makanan ternak, dan dipasok dari luar desa.
2.
Potensi Demografi
a)
Jumlah Penduduk
Masyarakat Desa Pitay berjumlah 1058 orang, yang terdri
atas 531 orang laki-laki dan 507 orang perempuan.
b)
Mata Pencaharian
Tabel 1. Mata pencaharian
Sektor |
Jumlah (Orang) |
Petani |
160 |
Tukang
kebun |
12 |
Peternak |
60 |
Nelayan |
60 |
Pedagang |
20 |
Tukang
Kayu |
13 |
Tukang
Batu |
6 |
Tukang
Sumur |
12 |
Tukang
Kue |
6 |
Tukang
Rias |
1 |
Karyawan/
perusahaan swasta |
14 |
Karyawan
perusahaan pemerintah |
15 |
Pemilik usaha
jasa transportasi dan peghubungan |
13 |
Buruh
usaha jasa |
25 |
PNS |
11 |
Guru
Swasta |
10 |
Pensiunan
PNS |
1 |
Sopir |
28 |
Guru
Migran |
28 |
Wiraswasta
lainnya |
24 |
Tidak
bermata pencaharan tetap |
22 |
Jasa
Penyewaan Peralatan Pesta |
5 |
c) Suku Bangsa
Tabel 2. Suku Bangsa
SUKU |
JUMLAH |
Sabu |
4 |
Rote |
1023 |
Sumba |
3 |
3.
Potensi Keagamaan
a)
Aliran dan Kepercayaan Keagamaan
Tabel 3. Potensi Agama
AGAMA |
JUMLAH |
Kristen |
1050 |
Katholik |
8 |
Kepercayaan kepada Tuhan YME |
1058 |
b)
Institusi Keagamaan
Terdapat 2 jamaat gereja
yaitu jamaat gereja sion dan jemaat gereja zaytun. Adapun pembagiaan tingkatan
usia jemaatnya ada Par (remaja), Pemuda, dan orang dewasa.
c)
Tempat Ibadah
Di desa Pitay terdapat dua tempat peribadatan
yaitu Gereja Zaitun di Dusun Pitay dan Gereja Zion di Dusun Oekule.
d)
Kegiatan-kegiatan Keagamaan
Aktivitas keagamaan warga Pitay dilakukan di
kedua Gereja yang ada di Dusun Pitay dan Oekule. Adapun bentuk kegiatan
keagaman yang telah berjalan rutin adalah adanya sekolah minggu yang diikuti
oleh par (anak-anak gereja) baik di gereja Sion maupum Zaitun. Sekolah minggu
ini berlangsung untuk mempelajari kidung-kidung jemaat yang diajarkan oleh
seorang guru dengan anak-anak par. Terjadi akulturasi selama mahasiswa KKN
datang ke Desa Pitay untuk mengisi sekolah mingguan dengan mengajarkan bahasa
inggris dan kegiatan menarik lainnya seperti menyanyi, dan bertepuk
bersama-sama par. Selain dari kegiatan mingguan oleh Par ada juga kegiatan yang
tidak bersifat rutinitas seperti peribadatan kaum bapak, mama/ ibu, dan remaja.
4.
Potensi Sosial-Budaya
Tabel 4. Potensi Sosial-Budaya
A. |
Lembaga
Kemasyarakatan Desa/ Kelurahan |
Keterangan |
1. |
Keberadaan
LKD |
·
Kepengurusan ada ·
Buku administrasi ada ·
Kegiatan tidak ada |
B. |
Organisasi
Anggota Lembaga Masyarakat |
Keterangan |
1. |
LPM |
·
Kepengurusan ada ·
Buku administrasi
tidak ada ·
Kegiatan ada |
2. |
PKK |
·
Kepengurusan ada ·
Administrasi ada ·
Kegiatan ada |
3. |
Karang
Taruna |
·
Tidak ada |
4. |
RT
dan RW |
·
Kepengurusan ada ·
Administrasi ada ·
Kegiatan ada |
5. |
Lembaga
Adat |
·
Tidak ada |
6. |
BUMDES |
·
Kepengurusan ada ·
Administrasi ada ·
Kegiatan ada |
7. |
Posyandu |
·
Kepengurusan ada ·
Administrasi ada ·
Kegiatan ada |
8. |
Kelompok
tani/ nelayan |
·
Kepengurusan ada ·
Administrasi ada ·
Kegiatan ada |
9. |
Anggur
Merah |
·
Kepengurusan ada ·
Administrasi ada ·
Kegiatan ada ·
Dasar hukum peraturan
desa |
1.
Potensi Pendidikan
Tabel 5. Potensi Pendidikan
|
JUMLAH |
Buta aksara dan huruf latin |
76 |
Usia 3-6 tahun yang masuk TK dan kelompok bermain
anak |
80 |
Sedang SD atu sederajat |
126 |
Tamat SD sederajat |
144 |
Tidak tamat SD sederajat |
24 |
Sedang SLTP/ sederajat |
82 |
Tamat SLTP |
111 |
Tidak Tamat SLTP |
50 |
Sedang SLTA |
36 |
Tamat SLTA |
47 |
Tamat D2 |
1 |
Sedang S1 |
18 |
Tamat S1 |
50 |
|
JUMLAH |
Penduduk usia 7-15 tahun |
82 |
Usia 7-15 tahun yang masih sekolah |
80 |
Usia 7-15 tahun yang tidak sekolah |
11 |
|
JUMLAH |
Guru TK dan kelompok bermain anak |
2 |
Siswa TK dan kelompok bermain anak |
70 |
Guru SD dan sederajat |
11 |
Siswa SD dan sederajat |
126 |
Guru SLTP dan sederajat |
8 |
Siswa SLTP dan sederajat |
82 |
Siswa SLTA dan sederajat |
36 |
|
JUMLAH |
Perpustakaan desa atau kelurahan |
1 |
Taman bacaan desa atau kelurahan |
1 |
A. Pelaksanaan Program
Untuk mencapai perubahan pada masyarakat Desa
Pitay, kita telah meng-agendakan beberapa program kerja yang dijalankan dengan
metode pendekatan Transformatif ABCD, yaitu pemberdayaan perempuan berbasis Social-Preneurship (Kelompok Usaha Jus
Serai Pitay) dimana sebelumnya masyarakat telah menyepakati dan memutuskan
program ini akan dijadikan program utama di Desa Pitay.
Program ini dijalankan dengan fokus
pemberdayaan perempuan yang ada di Desa Pitay untuk mengolah potensi sumber
daya alam (serai) yang melimpah di desa. Adapun pelaksanaan program kerja ini
melalui beberapa tahapan sebagai berikut:
Tabel 6. Jadwal Pelaksanaan Program Pemberdayaan
Perempuan (Kelompok Usaha Jus Serai Pitay)
NO |
PROGRAM KEGIATAN |
WAKTU |
SASARAN |
LOKASI |
PENANGGUNG
JAWAB |
1. |
Sosialisasi
dan Simulasi pembuatan Jus Serai Pitay
|
22 Januari
2020, dan 23
Januari 2020 |
Kaum
perempuan (mama-mama) |
Rumah Bapak
Ade di Dusun IV Dan Rumah Bapak
Kepala Desa di Dusun 1 |
Muhammad
Ilham, Jihannita, Indah Dwi Safitri |
2. |
Forum Group
Discussion (FGD) Pembentukan pengurus Kelompok Usaha Serai Pitay |
27 Januari
2020 |
Perangkat
Desa, kaum Perempuan (mama-mama) |
Aula Balai
Desa Pitay |
Muhammad
Ilham, Ahmad Triyono |
3. |
Penjualan
Produk JSP part 1 di Desa Bipolo dalam rangka Pameran Budaya |
1 Februari 2020 |
Masyarakat di
Desa Bipolo |
Balai Desa
Bipolo |
Muhammad
Ilham, Mince Suik (ketua Kelompok) |
4. |
Penjualan
Produk JSP part 2 di Desa Pitay dalam rangka Kemping Pramuka tingkat SMA
se-Kecamatan Sulamu |
9 Februari 2020 |
Seluruh
peserta kemping dan masyarakat Desa Pitay |
Jalan Merdeka
Desa Pitay (lokasi
Kemping) |
Muhammad
Ilham, Indah Dwi Safitri, An Nisa dan Pengurus Kelompok Usaha Serai Pitay |
5. |
Lounching
produk JSP dan Penyerahan SK dalam Grand Closing KKN Nusantara 3T Desa Pitay |
12
Februari 2020 |
Pengurus
Kelompok Usaha Serai Pitay, Perangkat Desa dan Masyarakat |
Aula Balai
Desa Pitay |
Muhammad
Ilham |
6. |
Pengenalan,
Presentasi, dan pengajuan proposal
Produk JSP ke Gubernur NTT pada saat Penutupan KKN NUSANTARA 3T |
14 Februari 2020 |
Seluruh tamu
undangan |
Aula Rumah
Jabatan Gubernur NTT |
Seluruh
Mahasiswa Kelompok III Desa Pitay |
1. Desain terkait konsep JSP (Jus Serai Pitay)
Melimpahnya tanaman serai di Desa Pitay yang selama ini
hanya dijadikan sebagai bumbu masak dan selain itu sebelum dimanfaatkan tanaman
serai seringkali mati akibat dimakan oleh ternak warga yang dibudidaya dengan
lepas, sehingga cukup menjadi alasan mengapa tanaman serai ini cocok dijadikan
sebagai olahan inovasi menjadi jus yang sehat.
Konsep yang coba ditawarkan ialah dengan menawarkan
sebuah produk inovasi minuman serai yang menyehatkan (Jus). Konsep dibuat oleh mahasiswa
KKN Nusantara yang merupakan konsep pengembangan dari hasil KKN Reguler STAIN
Sultan Abdudrrahman Kepulauan Riau Berbasis Pemberdayaan Masyarakat (SISDAMAS)
melalui persetujuan kepala desa, kepala dusun dan perwakilan Rt/Rw yang hadir
maka dibentuklah kelompok usaha pemberdayaan perempuan dengan memanfaatkan
olahan inovasi tanaman serai (Jus).
2. Sosialisasi
Tahapan sosialisasi dimulai dengan melaksanakan demo atau
simulasi pembuatan Jus Serai sambil penjelasan manfaat yang terkandung di
dalamnya. Sosialisasi dipilih untuk dilaksanakan di Dusun 1 Oekule dan 4 Pitay.
Tempat sosialisasi ini diputuskan berdasarkan melimpahnya serai yang ada di
dusun 1 dan 4 dibandingkan di dusun 2 dan 3. Adapun pelaksanaan sosialisasi
pada tanggal 22 Januari di Dusun 4 rumah warga bapak Ade dan 23 Januari di
Dusun 1 rumah Bapak Kepala Desa Yermi Yacob Ndun.
3. Pembentukan kelompok usaha serai
Setelah mencapai kesepakatan untuk melalukukan program
kerja pemberdayaan perempuan dengan pengolahan inovasi tanaman serai, pada tanggal
27 Januari dilaksanakan Forum Group Discussion (FGD) bersama masyarakat dan
aparat pemerintah Desa. Hasil FGD di antaranya membentuk dan menetapkan
struktur kepengurusan Kelompok Usaha Serai mulai dari ketua kelompok, wakil,
sekretaris, bendahara dan anggota. Kemudian menyusun SK sebagai bentuk
kelegalan kelompok usaha serai ini nantinya, dan RAB kelompok usaha serai
secepat mungkin guna melengkapi bahan dasar dalam pembuatan olahan inovasi jus
serai, sekaligus pembuatan proposal bantuan yang nantinya akan diajukan ke
Gubernur NTT pada kegiatan penutupan KKN Nusantara 3T di Provinsi NTT.
Kemudian dilanjutkan (FGD) lanjutan untuk Penyusunan SOP Kelompok
Usaha Serai yang terdiri atas pembentukan Garis Besar Haluan Kelompok (GBHK),
pembentukan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD-ART), selain itu pembentukan
dan penetapan logo untuk Kelompok Usaha Jus Serai dan lebel merek produk
ditetapkan dengan nama Jus Serai Pitay (JSP).
4. Operasional, packaging, dan pemasaran.
Tahap operasional pertama kali ditempuh dengan iuran dari
anggota kelompok usaha, meski demikian hal ini akan tertutupi dengan pengajuan
proposal bantuan ke pemerintahn Desa Pitay dan ke Gubernur NTT pada saat
penutupan KKN Nusantara 3T. Untuk packaging produk Jus Serai Pitay (JSP)
sendiri terdiri atas 2 jenis. Satu berupa cup minuman yang dijual seharga Rp.
5.000,- per cup, dan botol ukuran 320 ml dijual seharga Rp. 7.500,-. Di luar
kemasan terdapat stiker terkait logo produk JSP, sebagai bentuk promosi dan
pemasaran juga.
Pemasaran produk JSP ini direncanakan ada 2 jenis, yaitu
diproduksi secara rutinan (seminggu sekali) dan insidental (setiap ada event di
desa, maupun event besar lainnya).
Pemasaran produk JSP telah dilakukan pada event Pameran
Budaya Desa Bipolo dan di Desa Pitay dalam rangka Kemping Pramuka tingkat SMA
se-Kecamatan Sulamu kemudian dilanjutkan pada saat penutupan KKN Nusantara 3T
oleh Gubernur NTT di Aula Rumah Jabatan Gubernur NTT sekaligus penyerahan
proposal bantuan kepada bapak Gubernur.
B.
Permasalahan yang Dihadapi
Dalam pelaksanaan program kegiatan KKN ini
terdapat beberapa faktor, baik itu faktor pendukung maupun faktor penghambat,
adapun faktor pendukung dalam pelaksanaan program kegiatan dan KKN ini bisa
berjalan dengan baik dan lancar adalah sebagai berikut:
1. Dukungan yang kami dapat dari perangkat Desa
dan masyarakat terhadap program kegiatan yang telah disepakati bersama pada
saat berjalannya KKN dengan Pendekatan Transformatif ABCD,
2. Jalinan komunikasi dan silaturahmi yang baik
pada saat tahapan Inkulturasi hingga tahap Refleksi sehingga memudahkan untuk
melaksanakan program kegiatan,
3. Hubungan kedekatan antara mahasiswa KKN dengan
masyarakat yang sudah seperti keluarga,
4. Antusias masyarakat dalam melaksanakan program
kegiatan, dan
5. Terjalinnya kerja sama antar mahasiswa
kelompok 3 di Desa Pitay.
Adapun faktor-faktor yang menjadi penghambat
dalam pelaksanaan program kegiatan dan KKN ini di antaranya adalah :
1. Kesibukan masyarakat dalam melakukan aktifitas
berkebun dan bercock tanam yang sudah menjadi rutinitas masyarakat di bulan
desember hingga februri, sehingga menyulitkan untuk melakukan pertemuan atau
perkumpulan yang maksimal dalam sosialisasi.
2. Jarak tempuh yang lumayan jauh kadang membuat
mama-mama tidak ingin mengikuti kegiatan sehingga kami melakukan sosialisai
yang berkali-kali di tempat dan lokasi yang berbeda.
C. Pembahasan
Hasil pengabdian mahasiswa KKN Nusantara 3T di
Desa Pitay berwujud pemberdayaan masyarakat dengan fokus pemberdayaan
perempuan. Pemberdayaan perempuan merupakan upaya untuk mewujudkan kesetaraan
peran, akses dan kontrol perempuan dan laki-laki di semua bidang pembangunan.
Program-program pemberdayaan perempuan yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat
selama ini merupakan upaya untuk senantiasa mewujudkan terciptanya dan
terdistribusinya manfaat pembangunan bagi laki-laki dan perempuan secara
berimbang.
Program kerja yang telah dipilih dan
dilaksanakan adalah pemberdayaan perempuan berbasis Social-Preneur (Kelompok Usaha Jus Serai Pitay), Kegiatan ini bertujuan untuk
memberdayakan perempuan di Desa Pitay dengan memanfaatkan tanaman serai menjadi
olahan jus yang menyehatkan produk ini diresmikan dan dilegalkan dengan nama
“Jus Serai Pitay”. Kegiatan ini juga mengetahui sejauh mana ABCD membawa dampak
perubahan, selain menjadikan metode ABCD sebagai pendekatan kegiatan ini juga
berbasis social-enterpreneurship yang
mana menjadi sangat penting mengingat keuntungan yang diperoleh bukan hanya
untuk kepentingan individu saja tetapi lebih ditujukan untuk kemakmuran
masyarakat, hal ini juga telah dianggap sejalan dengan tema dari KKN Nusantara
3T yaitu “Peace Building Mewujudkan Moderasi
Beragama Dalam Membangun Indonesia di daerah 3T (Tertinggal, Terluar, dan
Terbelakang)”. Oleh sebab itu harus terus diupayakan munculnya sociopreneur-sociopreneur baru agar
masyarakat semakin berdaya dan sudah barang tentu membantu membangun Indonesia.
Program pemberdayaan masyarakat berbasis social-preneurship sesuai untuk memanfaatkan
potensi tanaman desa dengan sumberdaya manusia di Desa Pitay. Langkah-langkah
yang dilakukan menggunakan metode (ABCD) dengan tahapan (Inkulturasi, Discovery, Desain, Define, dan Refleksi), selain dari
itu langkahnya juga mengacu pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Utomo,
Eny, dan Suratna (2009)[1] tentang pemberdayaan
masyarakat, sebagai berikut:
1. Pelatihan
2. Focus Group Discussion
3. Bantuan Pemasaran
4. Pendampingan
5. Pengukuran efektivitas socioprenourship.
Focus Group Discussion (FGD) dilakukan untuk
membahas permasalahan dalam proses berjalannya produksi sampai pembagian
keuntungan “Jus Serai Pitay” secara lebih mendalam melalui diskusi. Kegiatan
ini sangat penting karena permasalahan dapat dipaparkan dalam diskusi. Melalui
kegiatan ini dapat dirumuskan secara bersama-sama pembentukan program melalui
kegiatan yang kreatif. Perubahan-perubahan yang akan dilakukan telah
mendapatkan kesepakatan dari perempuan Desa Pitay sehingga akan terbentuk
komitmen yang kuat untuk maju.
Pelatihan diberikan untuk memberikan
pengetahuan dan menarik minat dari olahan jus serai yang mengandung banyak
manfaat bagi tubuh umenjadi minuman yang menyehatkan dan dapat menjadi nilai
pendapatan bagi keluarga mereka. Pemberdayaan perempuan ini untuk meningkatkan
keterampilan dan memanfaatkan tanaman serai tidak hanya untuk bumbu dapur saja.
Bantuan pemasaran juga diberikan, baik
pemasaran tradisional maupun pemasaran melalui media online. Kegiatan pemasaran
dimulai dari spesifikasi produk, penentuan merek produk, penentuan harga pokok
produksi, penentuan harga jual, pengemasan, alat promosi, sampai dengan
menjalin relasi bisnis yang lebih luas. Disamping itu, juga disediakan tempat
untuk menjual hasil produknya secara semi permanen.
Pendampingan bisnis dilakukan untuk memastikan
semua program yang direncanakan dapat berjalan secara efektif. Kendala-kendala
di lapangan yang dijumpai dapat segera diatasi sehingga hasilnya diharapkan
akan optimal. Pendampingan ini mulai dari produksi olahan Jus Serai Pitay,
sistem operasional produk dan kelompok, pengemasan produk, pemasaran sampai
pembagian keuntungan dalam kelompok usaha serai.
Efektivitas social-preneur dapat diukur dengan
berkurangnya permasalahan yang dihadapi masyarakat. Disamping itu juga
keberlanjutan program harus terjamin. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa secara umum social-preneur yang dikembangkan di Desa Pitay
dinilai berhasil. Hal ini diterima baik oleh masyarakat dan kelompok usaha
serai yang merasakan secara langsung manfaat kegiatan ini.
Masyarakat mulai mengerti pentingnya inovasi
olahan serai selain untuk bumbu dapur semata. Selanjutnya terjadi perubahan
tidak hanya pada mind set masyarakat terkait pemanfaatan serai selain untuk
bumbu dapur, tetapi diharapkan juga akan membawa perubahan perekonomian warga
desa Pitay secara keseluruhan melalui
usaha Jus Serai Pitay (JSP) yang dikelola oleh kelompok usaha serai pitay.
Pendampingan kelompok usaha serai pitay ini
dimulai sejak tahap sosialisasi awal terkait prosedur pembuatan Jus Serai Pitay
(JSP) yang dilaksanakan di Dusun 1 Oekule dan Dusun 4 Pitay. Tempat sosialisasi
ini diputuskan berdasarkan melimpahnya serai yang ada di dusun 1 dan 4
dibandingkan di dusun 2 dan 3. Pelaksanaan sosialisasi pada tanggal 22 Januari
di Dusun 4 dan 23 Januari di Dusun 1. Antusiasme yang sangat tinggi terlihat
dari mama-mama yang mengikuti kegiatan sosilisasi sampai selesai.
Tahap pendampingan berlanjut sampai pada
pembentukan kelompok usaha serai yang beranggotakan kelompok perempuan desa
Pitay. Kelompok usaha serai terdiri atas 9 orang dan diresmikan serta
dilegalkan pada grand closing KKN
Nusantara 3T di Kantor Desa Pitay Kecamatan Sulamu Kabupaten Kupang dengan
penyerahan Surat Keputusan Kepala Desa Pitay Nomor: 043/07/DP/II/2020.
Respon dari masyarakat terhadap kegiatan
pendampingan dan pemberdayaan perempuan yang diberikan oleh mahasiswa KKN,
membawa antusiasme yang tinggi bagi ibu-ibu dalam mengikuti kegiatan tersebut,
sehingga kegiatan ini perlu dilakukan secara berkelanjutan untuk membantu
masyarakat terutama perempuan di Desa Pitay dalam meningkatkan kesejahteraannya
melalui manajemen usaha kecil. Dengan adanya kegiatan ini masyarakat merasa
sangat terbantu dari aspek manajemen usaha dan
bimbingan teknis yang dilakukan dengan pemaparan sistem operasional
dalam kelompok, produksi, pengemasan produk, pemasaran sampai pembagian
keuntungan kelompok usaha ini. Kegiatan pendampingan dan pemberdayaan ini
terhadap usaha produk Jus Serai Pitay ini merupakan cara yang tepat untuk
membantu masyarakat dalam menambah pendapatan keluarga.
Setelah melihat hasil program kerja tersebut
pada hasil dari tahapan Refleksi (Monitoring dan Evaluasi) terdapat perubahan
besar yang terjadi di masyarakat, perubahan yang signifikan dapat terlihat dari
pemanfaatan tanaman serai sebelum dan sesudah adanya kelompok usaha ini. Serai
berinovasi menjadi minuman kesehatan yang lebih bernilai ekonomi tinggi
dibandingkan hanya dimanfaatkan sebagai bumbu masak. Selain itu semangat
masyarakat untuk membudidayakan serai semakin tinggi. Hal ini dibuktikan dengan
adanya peningkatan semangat dan motivasi kelompok usaha serai untuk memproduksi
lebih banyak produk minuman sehingga membutuhkan sumber daya alam berupa
tanaman serai dengan volume yang besar juga.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pelaksanaan program kerja di Desa Pitay berfokus pada
pemberdayaan perempuan berbasis Social-Preneur
(Kelompok Usaha Jus Serai Pitay), dengan memanfaatkan aset dan potensi desa.
Hal ini dilakukan telah sesuai dengan metode yang digunakan yaitu Asset Based Community-driven Development (ABCD).
Program yang sudah dibangun oleh mahasiswa diharapkan
dapat menunjang perekonomian bagi masyarakat pitay yaitu olahan tanaman serai
menjadi produk JSP “Jus Serai Pitay”, masyarakat Desa Pitay telah mampu
melakukan produksi olahan tanman serai secara mandiri.
Mahasiswa juga memberikan pendampingan mengenai sistem
kerja kelompok sebaik mungkin mulai dari kegiatan operasional, pemasaran, dan
pembagian keuntungan. Selain itu, jalur diplomasi juga telah berhasil ditempuh
dengan meminta pemerintah Desa menerbitkan SK Nomor: 043/07/DP/II/2020 tentang
penetapan kelompok Jus Serei Pitay (JSP) sebagai kelompok pemberdayaan industri
rumahan yang sah dan legal dalam Desa Pitay untuk boleh mengusulkan dan menerima
bantuan baik dari pemerintah maupun dari LSM. Hal tersebut dilakukan supaya
gerak kelompok ke depan mendapatkan pendampingan dari pihak desa.
Kegiatan KKN Nusantara 3T dengan menggunakan metode
(ABCD) telah memberikan dampak perubahan pada masyarakat terutama bagi Desa
Pitay sebagai tempat dialokasikannya kelompok 3 dengan program kerja utamanya
“Pemberdayaan Perempuan Berbasis Social-Preneur
(kelompok usaha Jusa Serai Pitay). Hal ini dilihat dari hasil pemberdayaan
yang sangat membantu perokonomian masyarakat terutama anggota kelompok usaha
ini, selain itu dampaknya juga kepada masyarakat secara umum, dengan
peningkatan produksi JSP (Jus Serai Pitay) tentu membutuhkan bahan dasar yang
banyak yaitu serai, maka dari itu terjadilah penggalakan penanaman tanaman
serai kepada masyarakat yang nantinya akan diolah dan dijadikan produk JSP,
sudah barang tentu ini sangat membantu masyarakat Desa Pitay secara umum
dibidang perekonomian.
B. Saran
1.
Untuk Mahasiswa KKN Nusantara 3T Desa Pitay dan Mahasiswa yang akan
melaksanakan KKN
a)
Perlu adanya koordinasi dan kerjasama yang baik antar individu dan
kelompok, sehingga program kerja dapat berjalan lebih baik dan lancar.
b)
Setiap individu harus mempunyai niat dan tujuan serta keikhlasan dalam
membantu bekerja sama untuk kelompok, mempunyai rasa tanggung jawab yang besar,
sehingga perlu adanya kesiapan fisik terlebih mental agar KKN tersebut dapat
berjalan dengan baik,
c)
Egosentris yang berasal dari individu kelompok harus ditahan agar kerja
sama tetap berjalan dengan baik, dan harus mementingkan kepentingan kelompok
dari pada kepentingan pribadi dengan kacamata skala prioritas.
2.
Untuk panitia pelaksana KKN Nusantara 3T
a) Perlu adanya persiapan yang matang serta
adanya pelatihan yang dianggap cukup.
b) Waktu yang diberikan untuk melaksanakan KKN
Nusantara 3T dengan metode Transformatif ABCD ini harus lebih panjang dan lebih
lama sekitar satu bulan setengah atau dua bulan. Agar setiap tahapan dalam
metode ABCD ini bisa berjalan dengan baik dan sesuai dengan harapan.
c) Livingcost perlu di tambah untuk mahasiswa KKN
Nusantara 3T berikutnya
3.
Untuk Desa Pitay
a) Dukungan pihak Pemerintah Daerah terhadap
adanya mahasiswa KKN hendaknya ditingkatkan lagi dalam bentuk bantuan materiil
maupun non materiil.
b) Ada follow up (tindak lanjut) dari
Pemerintahan Desa Pitay terhadap terhadap program kegiatan KKN yang telah
diselenggarakan berupa pendampingan.
c) Agar didukung oleh lembaga ekonomi
pemerintahan seperti Disperindag agar kegiatan yang telah berjalan menjadi
program kerja dan juga dipromosikan secara bersama-sama dan dilanjutkan dan
dikembangkan bersama agar menjadi yang lebih besar.
d) Agar selalu memberikan pelatihan pemberdayaan
lainnya serta menciptakan inovasi-inovasi baru yang mampu meningkatkan nilai
perekonomian desa.
1.
DAFTAR PUSTAKA
Muttalib, J.A. Bahan Pelatihan Jender dan Pembangunan. Menggunakan Kerangka
Pemampuan Wanita, dalam Moeljarto Tjokrowinoto, dkk. (1993)
Utama, Agung. “Model Pemberdayaan Perempuan
Miskin Melalui Pelatihan Kewirausahaan Berbasis Potensi Lokal.” Jurnal Penelitian Humaniora 19, no. 2
(October 2014).
Utomo et al., “Pengembangan Jiwa Kewirausahaan Untuk Pengentasan kemiskinan Melalui
Inkubator Bisnis” (2009).
[1] Utomo et al., “Pengembangan Jiwa Kewirausahaan Untuk Pengentasan Kemiskinan Melalui Inkubator Bisnis” (2009).
[1] Agung Utama, “Model Pemberdayaan Perempuan
Miskin Melalui Pelatihan Kewirausahaan Berbasis Potensi Lokal”, Jurnal Penelitian Humaniora 19, no. 2 (October 2014).
[2] Muttalib, J.A, Bahan Pelatihan Jender dan Pembangunan. Menggunakan Kerangka Pemampuan Wanita, dalam Moeljarto
Tjokrowinoto, dkk. (1993)