Perkenalkan nama saya Muhammad Ilham, dari Kepulauan Riau, saya
adalah seorang mahasiswa di kampus STAIN SULTAN ABDURRAHMAN KEPRI, dari Program
Study Hukum Keluarga Islam (HKI) Jurusan
Syari’ah dan Ekonomi Islam. Saat ini saya sudah semester V (lima) dan sebentar
lagi saya akan masuk semester VI (enam). dalam kesempatan ini saya akan sedikit
bercerita dan berbagi pengalaman yang telah saya alami.
Pada tanggal 13 desember 2019 setelah UAS selesai, saya kembali ke
kampung halaman bertemu orang tua dan keluarga, mengingat perkuliahan sedang
diliburkan dan aktif kembali di awal tahun 2020. Bertujuan mengisi waktu
liburan tersebut
Setelah di kampung banyak sekali kegiatan yang saya lakukan,
bertujuan untuk merefresh dan menyegarkan pemikiran setelah melakukan UAS dan
menyelasaikan tugas-tugas yang diberikan oleh dosen dan sedikit perbaikan gizi
dengan masakan yang selalu dibuatkan oleh orang tua saya. Dalam hal ini
kegiatan yang cukup sering saya lakukan adalah memancing, dan rekreasi ke
pantai dan bercocok tanam di kebun, mengingat dari beberapa aktifitas yang saya
lakukan setidaknya ada yang membekas ketika masuk kuliah kembali.
Namun saat liburan ini saya dikagetkan dengan sebuah informasi yang
membuat saya sedikit cemas, gelisah dan sedikit gembira. Bahwa saya diminta
oleh PLT Prodi saya untuk mengikuti seleksi mahasiswa KKN Nusantara yang dalam
hal ini disampaikan oleh LP2M yakni ibu
Erlina Gusnita, M.Pd.I. beliau meminta agar saya bisa hadir pada tanggal 30
desember 2019 untuk mengikuti seleksi Mahasiswa KKN Nusantara 3T.
Alhamdulillah saya terpilih sebagai mahasiswa yang akan mengikuti
KKN Nusantara 3T di NTT, waw mungkin inilah sebuah kata yang bisa saya
ungkapkan untuk menggambarkan sebuah perasaan yang saya rasakan pada saat itu, karena
saya berfikir bahwa jika KKN nya di NTT tentu transportasi yang digunakan
adalah jalur udara dengan pesawat terbang untuk mempersingkat waktu perjalanan,
yah memang benar sih sebelumnya saya belum pernah melihat pesawat secara
langsung dan sangat dekat tentunya, apalagi menaikinya. Hal ini akan menjadi
pengalaman pertama bagi diriku, tentu itu adalah sebuah pengalaman yang sangat
penting dalam sejarah kehidupan diriku.
Ahirnya tibalah waktu dimana saya diberangkatkan oleh kampus
bersama satu orang dosen dari LPPM, kami berangkat dari kampus setelah
pelepasan oleh Ketua Kampus STAIN SAR Kepri bapak Dr. Muhammad Faisal, M.Ag.
dan kami melakukan perjalanan dari Tanjungpinang ke Batam, karena penerbangannya
dari bandara Hang Nadim di Batam lalu menuju ke kota Kupang NTT, momen pertama kali
yang saya rasakan ketika memasuki pesawat terbang itu saya merasa sedikit gugup
dan tentu berhati-hati maklum lah ini adalah pengalaman pertama saya, ketika
pesawat lepas landas saya merasa sangat ketakutan diakibatkan oleh fikirku
dengan pertanyaan jika pesawat ini jatuh tentu seluruh penumpang dan awak kabin
pesawat akan hancur lebur, seperti yang pernah terjadi dan disiarkan dalam
berita tv, Begitu pula dengan saat mendarat di bandara tujuan, hal yang sama
terulang kembali pada saat pesawat lepas landas.

Dan kegiatan pembekalan KKN Nusantara 3T di NTT berlangsung selam 3
hari dari tanggal 7-10 January 2020, yang dibuka oleh Direktorat
Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) Dirjend Pendis Kemenag RI bapak Prof.
Arskal Salim, Ph. D. dan materi pembekalan nya disampaikan oleh dua dosen ahli
yang berasal dari UIN Sunan Ampel Surabaya, yakni bapak Fatchul Himami, M.Si
dan Ibu Hernik Ferisia, M.Pd.I. materi yang disampaikan adalah sesuai dengan
tema yaitu “Peace Building Mewujudkan Moderasi Beragama Dalam Membangun
Indonesia Dengan Metode ASSET BASED COMMUNITY-driven DEVELOPMENT (ABCD)”.
Terlepas dari materi, adapun yang mengikuti KKN Nusantara 3T di NTT
adalah mahasiswa utusan dan pilihan dari kampus PTKIN seluruh Indonesia, yang
pada kesempatan itu diikuti oleh 75 orang mahasiswa yang berasal dari 28 PTKIN
yang berbeda. Hal ini menambah pengalaman saya, karena kami
masing-masing mahasiswa peserta KKN 3T di tuntut agar bisa menjalin hubungan
kolaborasi sehingga bisa mewujudkan networking dan menyukseskan KKN ini
dengan Metode Transformatif ABCD, dari keberagaman kami sebagai mahasiswa yang
diutus dari setiap kampus yang berbeda-beda asal daerahnya. Nentu menimbulkan
corak warna yang sebagaimana salah satu pilar Negara kita adalah Bhinneka
Tunggal Ika walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu. Baik dari keberagaman
suku, bahasa, karakter dan yang lain, ahirnya melebur didalam sebuah forum yang
dinamai Mahasiswa KKN Nusantara 3T. maka kami pun saling meningkatkan sifat
toleransi, tenggang rasa, dan saling berbaur antara satu dan yang lainnya.
Memang pada dasarnya hal itu tidak semudah apa yang saya paparkan
dalam ungkapan kata diatas untuk melebur dan menciptakan hubungan kolaborasi
dan networking yang baik, tentu membutuhkan pengorbanan yang tidak juga bisa
dibilang sedikit, dan energi untuk menahan ego masing-masing.
sebelum kami di luncurkan ke lokasi KKN, kami dibagi menjadi 7 kelompok dan saya sendiri tergabung dalam kelompok 3 yang terdiri dari 9 orang mahasiswa yaitu:
2. An Nisa Nur Firdausi QA (IAIN KEDIRI)
3. Arian Agung Prasetiyawan (IAIN SURAKARTA)
4. Faisal Digdoyo Prasojo (UIN MALANG)
5. Indah Dwi Safitri (UIN SUNAN AMPEL SURABAYA)
6. Jihannita (IAIN PONOROGO)
7. Muhammad Ilham (STAIN SULTAN ABDURRAHMAN KEPULAUAN RIAU)
8. M. Teguh Habibullah (IAIN METRO LAMPUNG)
9. Salim Rahmatullah (UIN SUNAN AMPEL SURABAYA)
kelompok 3 akan di tugaskan ke desa Pitai kec. Sulamu prov. Nusa Tenggara Timor sebagai salah satu dari tujuh lokasi KKN Nusantara 3T di NTT. sebelum kami diantar menuju lokasi kami telah mendiskusikan struktural kelompok dan mengenai apa-apa saja yang perlu kami persiapkan sebelum diluncurkan kelokasi mengingat keterbatasan kebutuhan yang ada di desa Pitai.
untuk itu kami pun mempersiapkan peralatan dapur dan masak untuk kami gunakan dilokasi, sebab dalam hal ini toleransi umat beragama juga perlu dibatasi dalam beberapa hal termasuk mengenai makanan yang akan dimakan, mengingat di desa Pitai tersebut mayoritas adalah umat Kristen Protestan, ini adalah salah satu upaya kami untuk mencegah terjadi pergesekan antar umat beragama, dalam hal ini saya sempat teringat mengenai filosofi dari sebuah kapal yang pernah diceritakan oleh salah satu dosen saya, bahwa kapal adalah sebuah benda yang bergerak dengan adanya air, namun air itu tidaklah menguasai kapal tersebut artinya jika kapal itu diisi dengan air maka akan tenggelam dan tidak bisa bergerak maka, kapal itu harus di dempol atau ditambal bagian yang memungkinkan jalan masuknya air agar kapal tetap bisa berfungsi sebagaimana mestinya. dari filosofi kapal ini kita melihat adanya pembatas antara kapal dan air. begitu juga dengan kehidupan dalam berinteraksi umat beragama tentu kita juga harus membatasi diri demi menjaga hubungan vertikal kita dengan Tuhan Yang Maha Esa. tanpa merusak hubungan kita dengan sesama atau disebut hubungan horizontal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar