Pemakaman ala suku Rote

Kamis (16-01-2020). Pukul 09.45 WITA mahasiswa mengahadiri salah satu rumah warga yang sedang berduka yang berada di dusun 3 desa Pitay, untuk mengikuti acara pemakaman dirumah duga,
banyak sekali masyarakat yang ikut hadir dengan mengenakan pakaian adat berwarna putih beserta aksesoris seperti selendang terhusus bagi perempuannya. Sedangkan laki-laki hanya mengenakan pakaian kemeja. Sambil duduk di kursi yang sudah disediakan oleh rumah duka, dan ada sebagian warga yang memasak di samping rumah duka. Acar pemakaman menggunakan cara Nasrani, selain yang meninggal adalah nasrni dan juga mayoritas di desa Pitay juga Nasrani.
Ketika tamu datang maka mereka akan saling berciuman hidung, yang merupakan sebuah salam adat dari suku Rote. Ini terhusus bagi sesama suku Rote.
Dalam acara pemakaman ini dimulai oleh mc dan pembacaan riwayat hidup oleh cucu simayit.
Kata kata dari bapak kepala desa Pitay  bapak Ndun. Mengucakpkan selamat datang di tenda duka. Dalam ungkapannya bahwa simayit adalah tokoh masyarakat terpandang, tokoh adat,  sekaligus tokoh politik. simayit menderita penyakit ginjal setelah mencuci darah sebanyak 2 kali. Pada tanggal 3 januari dan 13 januari. Dan hembusan nafas terahir pada tanggal 14 setelah dikembalikan dari rumah sakit, Pada pukul 19.50 WITA. simayit juga yang memplopori kepada anak-anak yang ada didesa Pitay, untuk bersekolah.
Ucapan patah hati oleh bapak Opis Pangbidae. Nyanyian kepergian oleh ibu pendeta jemaat zaitun.
 Sepulang dari rumah duka, mahasiswa kembali ke posko sambil mempersiapkan dan menentukan tugas yang akan di lakukan pada siang dan sore hari.
 Hasil dari Diskusi memutuskan untuk pergi ke rumah dusun 4 dan kerumah bapak Yopi, untuk mencari aset dan sekaligus untuk persiapan progja dengan skala Prioritas dan akan dilanjutkan dengan action/difene.
 Dan alhamdulillah sepulang dari rumah pabak Yopi tim menemukan aset berupa daun kelor mungkin bisa diolah menjadi teh dan lainnya.

Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

Recent Posts